Friday 12 December 2014

Masih Perlukan data Ordinal ditransformasi menjadi data Interval


Mungkin pertanyaan seperti ini seringkali timbul ketika kita sedang mengolah atau menganalisa suatu data penelitian. Perlukah kita mengubah data yang kita dapatkan menjadi berskala interval ataukah tidak? Padahal data yang kita dapat berskala ordinal. Hal ini selalu menjadi sebuah pertanyaan besar. Ada yang memperbolehkan langsung menggunakan data ordinal tersebut, ada pula yang harus mentransformasikan dulu data ordinal tersebut menjadi data berskala interval terlebih dahulu.

Menurut Prof. Dr. Imam Ghozali, M.Com. dalam satu diskusi menyatakan bahwa:
“Sebenarnya perdebatan penggunaan data skala ordinal atau data skala interval dalam analisis regresi sudah selesai pada tahun 1950an, namun ada beberapa universitas di Indonesia yang mengharuskan data ordinal dirubah dulu ke data interval baru dapat dianalisis dengan multivariate (analisis regresi atau analisis path). Di jurnal-jurnal ilmiah tidak pernah dipersoalkan bahwa data ordinal harus diubah dahulu mejadi interval, karena mereka sudah clear masalah ini 50 tahun lalu dan kita masih mempersoalkan sampai saat ini.”


Data ordinal dengan Skala Likert STS (1), TS (2), R (3), S (4), SS (5) jika diubah  skalanya menjadi interval maka skore interval akan mirip sama urutannya dengan skore asli ordinal dan berkorelasi sebesar 99%. Jadi data asli ordinal sama dengan interval dan dapat dianggap interval. Yang membedakan adalah interpretasi model dari hasil analisis anatra data ordinal dengan data interval. 

Misalkan ada model regresi sebagai berikut:
Y = a + b1X1 +b2X2
Y = 0.50 + 0.25X1 + 0.30X2

Jika data interval misal Y = Produksi padi (ton/Ha), X1 = Pupuk UREA (kg/Ha) dan X2 = Bibit (kg/Ha), maka interpretasinya adalah kalau pupuk dinaikan 10% maka produksi padi akan naik 2.5%, kalau bibit naik 10%, maka produksi padi naik 3%.

Akan tetapi kalau data kita ordinal (kualitatif) misal Y= kepuasan kerja, X1=Komitmen, X2=motivasi, maka tidak bisa diinterpretasikan jika komitmen naik 10% maka kepuasan naik 2.5% (karena datanya kualitatif) jadi hanya bisa dikatakan bahwa komitmen berpengaruh (signifikan) terhadap kepuasan kerja seberapa besar pengaruhnya tidak tahu (karena kualiatif). Walaupun data ordinal tadi sudah menjadi interval tetap saja kita tidak bisa interpretasi seperti data kuantitatif karena data aslinya adalah kualitatif.

No comments:

Post a Comment

tanggapan, saran, kritik, diskusi, dll silahkan corat-coret dikomentar, tapi yang sopan ya..